Rabu, 19 Februari 2014

PASEBAN KARANG JIWO



Sebuah bangunan yang baru direnofasi oleh petani setempat dengan menelan biaya kurang lebih 18 juta, jumlah tiang sepuluh yang terbuat dari cor dengan kerangka galvalum anti karat, luasnya 6X5 meter persegi terletak ditengah-tengah sawah bagian utara, dulunya tempat ini adalah sebuah padepokan yang dihuni oleh mbok rondo kuning kata salah seorang petani dari desa setempat.

sebelum kerajaan majapahit sirna ketika wilayah Desa becirongengor masih berupa hutan belantara. tempat ini dijadikan sarana penggemblengan para murid untuk mendapatkan berbagai macam ilmu kadigjayaan. dengan menjadikan para satria dan pendekar penegak keadilan dan pembela tanah air, maka tempat itu dinamakan Karang Jiwo yang artinya kesatriya yang berjiwa karang yang tidak mudah berbuat jelek pada sesama. konon tempat itu juga merupakan tempat istimewa bagi para petinggi kerajaan pada masa itu. karena disini banyak orang-orang yang hebat dan memiliki kelebihan tersendiri.

Penduduk setempat secara turun temurun menjadikan tempat itu sebagai tempat keramat yang mempunyai tuah atau yoni. banyak warga yang prihatin/tirakat demi tercapainya suatu keinginan dengan jalan berpuasa dan wiridan ditempat itu. karang jiwo jika disambangi memiliki karismatik tersendiri, udaranya sejuk dan tempatnya sangat asri karena disekitarnya banyak ditumbuhi pepohonan yang amat rindang.

Demi pelestarian budaya dan situs purbakala pemerintah Desa Becirongengor telah menjaga dan merawat tempat itu dengan baik, bahkan pernah didatangkan para ahli purbakala untuk mendetailkan tempat itu. walhasil memang tempat itu adalah bekas tempat orang-orang penting pada masa itu.banyak bukti temuan yang menjadi sarana penyelidikan seperti batu bata yang ukuran besar dan bekas bentuk batu bata leter L yang dulunya mungkin dijadikan pagar pembatas diperkirakan sebuah candi kata mas Sigit salah satu ahli situs purbakala.

Pemdes Beciro juga telah mengucurkan dana buat merenofasi bangunan tersebut.walaupun dulunya penduduk setempat sudah tidak peduli dan menghiraukan lagi, sehingga bangunan di sana sudah roboh / rusak karena lama tak terpakai, tetapi pihak pemdes masih melestarikannya. di samping itu banyak guna manfaat dan kebutuhannya tempat itu bisa dijadikan obyek religius Desa dan tiap-tiap ada kegiatan seperti selamatan sawah / kleman ditempat itulah para petani menggelar do'a bersama-sama demi mendapatkan hasil panen yang bagus dan maksimal.

Renofasi Bangunan yang ada di Karang Jiwo dilakukan sejak tahun 2003 oleh sebagian masyarakat setempat tapi akhirnya bangunan itu ambruk karena tidak kuat menopang angin dan hujan. baru tahun 2007 renofasi bangunan di Karang Jiwo mulai berdiri kokoh walaupun masih berupa pondasi saja. tahun 2010 pilar-pilar cor beton mulai diselesaikan dengan dana tarikan/urunan dari para warga. akhir 2013 tepatnya tanggal 17 Desember 2013 banguanan telah terselesaikan dengan baik kata salah satu perangkat Desa yang sangat peduli yaitu Bayan Ghofur, dan bangunan itu diberi nama Paseban Karang Jiwo.

Tentang Desa Becirongengor

Desa Becirongengor adalah sebuah Desa yang tergabung dari dua dusun yaitu dusun Beciro dan dusun Ngengor. yang nama desa tersebut diambil dari sebuah kisah/cerita turun temurun dari sesepuh desa. yang konon ada sebuah MBET (kolam/rowo yang berbentuk sumur yang dulunya berasal dari sebuah tikungan danau dari Desa Terung) yang konon ceritanya kolam/rawa itu tak bisa buntu setelah diurug dengan tanah dan beberapa tumpuk damen (pohon padi yang sudah dipanen).

Sekalipun berkali-kali diurug tetap saja yang namanya MBET itu terbuka dan ada airnya, yang lebih menakutkan ditempat itu adalah tempat bersemayamnya para roh dan lelembut serta dedemit yang selalu mengganggu para manusia. hingga sekarang MBET itu masih ada, tetapi sekarang sudah ditutup atasnya dengan cor yang lebar dan ada di dalam rumah salah satu warga desa tersebut.

Desa Becirongengor berdiri sekitar tahun 1825 masehi, yang konon sebelum terbentuk desa masih menjadi wilayah kadipaten terung yang dipimpin Raden Patah, setelah pemerintahan Majapahit Prabu Brawijaya V digulingkan oleh Raden Patah dan Pusat Pemerintahan dipindahkan ke Demak, Tapi, pemberontakan dari berbagai daerah, tidak bisa diatasi oleh Pemerintahan Demak. Wilayah Majapahit yang dulu luas, kini terkikis habis. Praktis, wilayah Demak Bintara hanya sebatas Jawa Tengah saja. Kemakmuran, kesejahteraan, kedamaian seolah menjauh dari Demak Bintara. Darah terus tertumpah tiada habisnya. Perebutan kekuasaan silih berganti. Nusantara semakin terpuruk. Semakin tenggelam dipeta perpolitikan dunia. Disusul kemudian, pada tahun 1596 Masehi, Belanda datang ke Jawa. perubahan wilayah berganti-ganti hingga terpecah belah oleh penjajah belanda waktu itu. termasuk wilayah kadipaten terung banyak yang melepaskan diri dan banyak penduduk yang pergi meninggalkan tempat tinggalnya.
  
Perang besar - besaran melawan belanda terjadi ditanah nusantara kita yaitu antara pasukan Belanda melawan Pasukan Pangeran Diponegoro (1825 - 1830 M). Perang ini merupakan salah satu pertempuran terbesar yang pernah dialami oleh Belanda selama masa pendudukannya di Nusantara, melibatkan pasukan Belanda di bawah pimpinan Jendral De Kock. Akibat perang ini, penduduk Jawa yang tewas mencapai 200.000 jiwa, sementara korban tewas di pihak Belanda berjumlah 8.000 tentara Belanda dan 7000 serdadu pribumi. Akhir perang menegaskan penguasaan Belanda atas Pulau Jawa.

Di tengah- tengah peperangan melawan belanda, pasukan Pangeran Diponegoro sebagaian ada yang lari tunggang langgang menyelamatkan diri hingga ke daerah - daerah terpencil, ada yang sampai pada wilayah Beciro (sebelum menjadi Desa). ditempat ini para pasukan membaur dengan warga/rakyat kecil dan mengajarkan ajaran agama Islam. hingga pada suatu waktu salah satu murid dari pangeran Diponegoro (juga menjadi pasukan) menemukan tempat yang cocok untuk mendirikan sebuah Masjid. dan tempat itu berupa rawa-rawa yang angker dan ada Mbet-nya (kubangan tanah / kolam). penduduk setempat diajak gotong royong memotong pohon - yang ada disekitar dan membersihkan tempat itu untuk dibangun sebuah Masjid, tapi yang namanya Mbet itu diurug tanah hingga bertumpuk - tumpuk tetap saja gak buntu - buntu. akhirnya Pembangunan masjid tetap berjalan dan berada disebelah utara Mbet. dari istilah Mbet ini diambil sebuah tempat/nama yang pada akhirnya menjadi sebuah Desa yang namanya BECIRO.

Sedangakan NGENGOR berasal dari para penduduk yang ada diwilayah ngengor itu selalu berbicara ngalor ngidul tak ada juntrungannya. orang-orang disitu menyebutnya dengan bahasa jawa kakean CONGOR (terlalu banyak bicara). sedangkan fersi lain menyebutkan bahwa disana konon ada seorang musafir yang selalu NGENGER ( suka ikutan ) kemanapun dan dimanapun dia berada. jadi musafir itu selalu mengikuti apa kata orang-orang yang disana dan mengikuti apa yang menjadi omongan orang disana bahkan dia tinggalpun dia ikut. akhirnya dari sini orang-orang menyebutnya NGENGOR, akhirnya antara BECIRO dan NGENGOR dijadikan satu menjadi BECIRONGENGOR dan dijadikan nama pada sebuah desa dengan arti Beciko siro Ngenger (lebih baik kamu ikut) ikut dalam segala bentuk kebaikan (melakukan dan menjalani hal - hal yang baik yang bermanfaat bagi masyarakat).


Desa Becirongengor adalah merupakan Desa yang amat subur dan makmur, yang wilayahnya melingkup berbentuk segi empat namun agak melonjong, luas kira-kira 176,510 HA, sebelah barat adalah Desa Karangpuri, sebelah Utara Desa Karangpuri dan Cangkringsari wilayah kec. Sukodono, dan sebelah timur dan selatan adalah Desa Sawo Cangkring serta Desa Lambangan, sebagian wilayahnya adalah persawahan dengan luas 110 HA, terletak pada geografis diketinggian permukaan laut 11 meter, dengan suhu rata-rata 23-35 derajat celsius, topografi dataran rendah dengan banyaknya curah hujan 1800-2000 mm pertahun.

Desa Becirongengor memiliki penduduk dengan jumlah 4.300 jiwa. yang rata-rata sebagian besar mata pencahariannya bertani sedangkan tata pemerintahannya tidak jauh beda dengan desa yang lainnya, dengan struktur lembaga pemerintah yang ada. gotong royong dalam membangun desa dan kerukunan antar tetangga adalah wujud dari kesatuan dan persatuan warga desa.

Desa Becirongengor diatur oleh Tata Pemerintahan Daerah yang dikepalai oleh Kepala Desa dan dibantu Lembaga Desa lainnya seperti BPD, LPMD, Ketua RW dan Ketua RT. dalam menjalankan laju roda pemerintahan, Desa Becirongengor bekerja dengan gigih dan keras demi mendapatkan kesejahteraan dan kemakmuran bagi rakyatnya. tak heran jika dari semua elemen baik warga maupun yang ditokohkan dimasyarakat saling bekerja sama bahu membahu tanpa ada perbedaan.

Desa Becirongengor memiliki dua Masjid 17 Musholla atau Langgar dan dua makam Islam yang masing-masing terletak pada tiap-tiap dusun. di dusun Beciro nama Masjidnya Roudlotul Jannah dan di dusun Ngengor bernama Masjid Baitur Rokhim sebagai bukti bahwa masyarakat Desa Becirongengor adalah pemeluk muslim sejati yang selalu meluangkan waktunya untuk beribadat.

by : Zang Pemuja